Sejak masih sekolah , aku sudah bisa membuat
lukisan wajah. Mula aku melukis wajah para pahlawan yang dipajang di dinding
kelas. Kemudian aku lukis juga wajah teman-temaku. Meski aku tak mengharap upah
namun banyak teman mentraktir jajan. Kemudian guruku juga memesan lukisan wajah
orang tuanya yang fotonya sudah buram dan kecil. Mulailah aku dikenal sesekolah
sebagai murid yang terkenal karena bisa melukis.
Saat indah di masa sekolah saat bahagia
seusia itu. Setelah lulus sekolah barulah aku mengenal betapa susahnya mencari
makan, terlebih sudah beristri dan terus beranak. Lukisaku melalui masa berliku
di kerikil yang kadang tajam. Semakin terus melukis rasanya semakin sengsara.