Berangkat karena kebutuhan untuk makan
keluarga Rg. Bagus Warsono membawa 6 buah lukisan yang belum dipigura. Sengaja
agar dibawa lebih praktis cukup dengan digulung. Arahnya ke kota Cirebon. Di
komplek-komplek rumah mewah tak satupun ada yang membeli lukisan. Sampai tiga
hari di perjalanan menjual lukisan dengan tidur di emper masjid atau toko,
sampailah hingga bekal habis. Maka diputuskan untuk pulang ke rumah sebelum
putus asa. Distasiun kereta api menunggu kereta barang yang murah ongkosnya.
Iseng aku membuka lembar lukisan-lukisanku sekedar meyakinkan apakah lukisanku
layak jual.Namun Allah Maha Penyayang, seseorang tua mendekat dan melihat apa
yan aku bawa. Ia bertanya apa aku seorang pedagang lukisan. Aku mengangguk
tanpa suara. Ia kemudian menanyakan harga, dan aku pun menjawab seharga rencana
penjualan saat itu , cuma 25 ribu rupiah! Orang yang baik hati itu merogoh
sakunya dan membayar sebuah lukisan itu. Tanpa pikir panjang agar istriku tak
bersedih aku membeli oleh oleh beberapa roti dan buah jeruk untuk anak-anak.
Sampai dirumah aku bercerita dihadapan anak istriku dengan sedikit berbohong
bahwa bapaknya tidak kesusahan di jalan. Ketika istriku meliat tas yang aku
bawa sebagai tempat gulunan lukisan, tampaklah lukisan itu hanya laku selembar.
Tampak titik air dimata istriku bahwa aku tidak membawa uang banyak.