Jumat, 22 Juli 2016

Kisah Sejati : Menjajakan lukisan di tahun 89-an




 Berangkat karena kebutuhan untuk makan keluarga Rg. Bagus Warsono membawa 6 buah lukisan yang belum dipigura. Sengaja agar dibawa lebih praktis cukup dengan digulung. Arahnya ke kota Cirebon. Di komplek-komplek rumah mewah tak satupun ada yang membeli lukisan. Sampai tiga hari di perjalanan menjual lukisan dengan tidur di emper masjid atau toko, sampailah hingga bekal habis. Maka diputuskan untuk pulang ke rumah sebelum putus asa. Distasiun kereta api menunggu kereta barang yang murah ongkosnya. Iseng aku membuka lembar lukisan-lukisanku sekedar meyakinkan apakah lukisanku layak jual.Namun Allah Maha Penyayang, seseorang tua mendekat dan melihat apa yan aku bawa. Ia bertanya apa aku seorang pedagang lukisan. Aku mengangguk tanpa suara. Ia kemudian menanyakan harga, dan aku pun menjawab seharga rencana penjualan saat itu , cuma 25 ribu rupiah! Orang yang baik hati itu merogoh sakunya dan membayar sebuah lukisan itu. Tanpa pikir panjang agar istriku tak bersedih aku membeli oleh oleh beberapa roti dan buah jeruk untuk anak-anak. Sampai dirumah aku bercerita dihadapan anak istriku dengan sedikit berbohong bahwa bapaknya tidak kesusahan di jalan. Ketika istriku meliat tas yang aku bawa sebagai tempat gulunan lukisan, tampaklah lukisan itu hanya laku selembar. Tampak titik air dimata istriku bahwa aku tidak membawa uang banyak.